Selasa, 20 Mei 2014

motivasi psikologi



MOTIVASI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM



Makalah
Disusun Guna MemenuhiTugas
Mata Kuliah: Psikologi  Islam
DosenPengampu :Fatma Laili Khoirun Nida, S.Ag, M.Si

  









Disusun oleh:
1.      Eko Kurnia Sukmasari            112248
2.      Amiliani                                  112252



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2013
I.     PENDAHULUAN
Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan motivasi karena, motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
Kesuksesan adalah impian setiap orang. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, pasti diperlukan suatu motivasi untuk sukses yang kuat. Motivasi sukses yang kuat bisa kita ambil dari kisah kesuksesan orang lain. Dengan kisah-kisah sukses seseorang, maka kita bisa mengambil pelajaran dan motivasi penting yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita.
Dengan membaca dan mengambil hikmah dari kisah sukses dan inspiratif orang lain, maka kita tidak akan kesulitan dalam membangun dan menanamkan motivasi untuk sukses yang kuat dalam diri kita

II.  RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian motivasi ?
2.      Teori motivasi ?
3.      Macam – macam motivasi ?
4.      Pandangan islam tentang motivasi ?
5.      Bagaimana bentuk – bentuk motivasi?
6.      Fungsi motivasi belajar dalam perspektif islam?



III.   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi
Kata motif  berasal dari kata latin “ motive” yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang menyebabkan organisme tersebut bertindak atau berbuat. Kata motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau yang menimbulkan dorongan atau keadaan. Motifasi dapat berarti pula sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.  Menurut Hasibuan (1996), motifasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.[1] Kemudian menurut M. Utsman Najati mengemukakan bahwasanya motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.[2]
Robbins (1996) mendefinisikan motifasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah  tujuan – tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual. Sedangkan menurut Wahjosumidjo(1984) motifasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi , dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri sesorang yang mendorongnya untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan demikian motif adalah dorongan berupa kekuatan yang mempunyai dorongan tertentu dan berlangsung diluar kesadaran.
Dorongan ini terbagi menjadi dua yaitu dorongan nafsu dan dorongan ruhaniah. Kesemuanya berpangkal dari tiga macam dorongan asli yaitu:
1.      Dorongan mempertahankan diri
2.      Dorongan mempertahankan jenis
3.      Dorongan mengembangkan diri
Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri sesorang itu sendiri yang disebut instrinsik, dan berasal dari luar diri sendiri yaitu ekstrinsik. Faktor didalam diri sesorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atauberbagai harapan, cita – cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor – faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor intrinsik atau ekstrinsik motifasi timbul karena adanya rangsangan. Tingkah laku bawahan, dalam jehidupan organisasi pada dasarnya berorientasi pada tugas. Artinya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian dan penjelasan tentang motifasi dapat disimpulkan bahwa motifasi itu bersifat abstrak yaitu tidak terlihat secara kasat mata, sehingga hanya dapat diketahui melalui tngkah laku atau perbuatan seseorang. Timbulnya motifasi karena adanya dorongan untuk mencapai atau mewujudkan sasaran – sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
B.     Teori Motivasi
Ada banyak  teori motivasi dan hasil riset yang berusaha menjelaskan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya. Teori – teori yang menyangkut motifasi antara lain:
1.      Teori kebutuhan Maslow
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah  untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu: kebutuhan psikologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi – fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan kebutuhan seks:
a.       Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, seperti perlindungan, dari bahaya dan ancaman, penyakit, peran, kelaparan dan perlakuan tidak adil.
b.      Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama.
c.       Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan  dihargai karena prestasi,kemampuan, status, dan pangkat.
d.      Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
2.      Teori Hedonisme
Hedonisme adalah suatu aliran  yang memandang  bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad ketujuh belas, Hobbes menyatakan bahwa apapun alasannya yang diberikan seseorang untuk perilakunya, sebab – sebab terpendam dari semua perilaku itu adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
Oleh karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan penderitaan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal – hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. Contohnya siswa dikelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yang mereka benci tidak dapat mengajar karena sakit. menurut teori hedonisme, para siswa harus diberi motifasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan cara memenuhi kesenangannya.


3.      Teori Naluri ( psikoanalisis)
Teori ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal.[3] Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan – kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. Freud juga percanya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.
4.      Teori Pendorong
Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis.  Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun, cara- cara yang digunakan berlain – lainan bagi tiap individu, menurut latarbelakang dankebudayaan masing – masing.
5.      Teori Harapan
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motifasi berdasarkan jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai tujuan, alih – alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok tersebut adalah:
a.       Setiap individu percaya bahwa biar ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu ( harapan hasil).
b.      Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut VALENSI.
c.       Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Disebut harapan usaha.
Motivasi orang dapat dijelaskan dari ketiga kombinasi ini bahwa:
a.       Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu.
b.      Hasil tertentu mempunyi nilai positif baginya.
c.       Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
Jadi motivasi dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha untuk menggapai apa suatu hasil atau nilai yang menarik pada dirinya.
C.     Macammacam Motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam – macam. Beberapa yang terkenal dintara adalah yang dikemukakan berikut:
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua:
1.      Physiological drive
Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan – dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya.
2.      Social motives
Yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan – dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin berbuat baik, dan etis.
Sedangkan Woodworth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
 a) kebutuhan – kebutuhan organis.
b) motivasi darurat.
c) motivasi objektif.
Selain ituWood Worth juga mengklasifikasikan motifasi menjadi dua bagian:
a)      Unlearned motives adalah motivassi pokokyang tidak dipelajari atau motivasi bawaan.
b)      Learned motives adalah motivasi yang timbul karena dipelajari.
Selain tokoh diatas beberapa psikologi ada yang membagi motifasi membagi dua:
1)      Motifasi intrinsik ialah motifasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar.
2)      Motivasi ekstrinsikyaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar.
D.    Pandangan Islam
Dalam Al-qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit maupun implisit menunjukkan beberapa bentukan dorongan yang mempengaruhi manusia. Dorongan-dorongan dimaksud dapat berbentuk instingtif dalam bentuk dorongan naluriah, maupun dorongan terhadap hal-hal yang memberikan kenikmatan. Beberapa ayat Al-qur’an antara lain :
1)      Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan apa-apa yang diingini, para perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan yang bagus), binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah lahtempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali imran:14).
2)      Sekal-kali jangan demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia. (QS. Al-Qiyammah:20)
3)      Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),(tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Al-Rum: 30).
Ayat yang pertama dan kedua menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecintaan yang kuat terhadap dunia dan syahwat (sesuatu yang bersifat kenikmatan pada badan) yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta kekeyaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan untuk menafikan kehidupan dunia karena sebenarnya manusia di berikan keinginan didalam dirinya untuk mencintai dunia itu. Hanya saja ksenangan hidup itu tidak diperbolehkan semata-mata hanya untuk kesenangan saja, yang sebenarnya lebih bersifat biologis daripada bersifat psikis. Padahal motivasi manusia harus terarah pada sebuah qiblah, yaitu arah masa depan yang disebut al-akhiroh, sebuah kondisi yang situasi yang sebenarnya lebih bersifat psikis.
Ayat yang ketiga menekankan sebuah motif bawaan dalam wujud fitrah, sebuah potensi dasar.Potensi dasar yang memiliki makna sifat bawaan, mengandung arti bahwa sejak di ciptakan manusia memiliki sifat bawaan yang menjadi pendorong untuk melakukan berbagai macam bentuk perbuatan, tanpa disertai dengan peran akal, sehingga terkadang manusia tanpa disadari bersikap dan bertingkah laku untuk menuju pemenuhan fitrahnya. Seperti pada kasus yang terjadi pada ‘’agama’’ animisme dan dinamisme, para pengikutnya bersifat dan bertingkah laku aneh dn irasional (menyediakan sesajen) ketika memenuhi kebutuhan fitrahnya untuk ber-Tuhan (beragama).
Dalam kaitanya dengan itu,potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah dimana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam hal ini biasa juga disebut naluri yaitu;
a.       Dorongan naluri mempertahankan diri
Naluri mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan untuk mencari makanan jika lapar, menghindari diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidupnya agar aman dan sebagainya.
Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang mengisyaratkan tentang naluri manusia untuk mempertahankan diri, diantaranya pertahanan diri dari rasa lapar, haus, kepanasan, kedinginan, kelelahan dan kesakitan. Seperti dalam Surat Toha ayat 118-119 yang artinya:
“Sesungguhnya kamu (Adam) tidak akan lapar di dalamnya (surga) dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga tidak (pula) akan ditimpa matahari di dalamnya”.
Pada ayat tersebut menggambarkan ketakutan pada Adam sekaligus jaminan Allah mengenai kehidupan surga dan jaminan perlindungan dari kelaparan dan mara bahaya. Hanya saja perlu sebuah fose proses untuk menempatkan diri seseorang dalam situasi yang tenang itu. Untuk itu dorongan mempertahankan diri bukanlah sebuah jaminan yang dilalui tanpa sebuah usaha.
b.      Dorongan naluri mengembangkan diri
Naluri mengmbangkan diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur ruhyi dan jism. Dimensi yang statis dihiasi dimensi ruhyi melahirkan sinergi unsur yang berdinamika. Dinamika diri terarah pada usaha pengembangan diri yang terwujud dalam bentuk pencapain diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada aktualisasi diri. Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia inilah yang menjadikan budaya manusia makin maju dan makin tinggi.
Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga ia menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia di sisi Allah, seperti yang diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah maka niscaya  Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
c.       Dorongan naluri diri mempertahankan jenis
Manusia ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya ataupun keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.
Seperti dalam Firman Allah Surat an-Nahl ayat 72 yang artinya:
Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dann mengingkari nikmat Allah?
Dengan adanya tiga naluri tersebut, maka setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh tiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori naluri ini untuk bermotivasi seseorang harus berdasrkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalnya, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkemang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, diantaranya dengan menciptakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).[4]
E.     Bentuk – bentuk Motivasi Hidup
Melalui pendekatan empiris, para psikolog Kontemporer telah merumuskan motivasi kehidupan manusia. Sigmund freud dari psikoanalisa menyatakan bahwa sebuah tingkah laku digerakkan dan dimotivasi oleh sebuah energi yang dibawa sejak lahir.
 Abraham maslow dalam motivation and personality mengemukakan bahwa motivasi hidup manusia tergantung pada kebutuhannya. Ia selanjutnya menjelaskan lima hirarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: pertama, kebutuhan – kebutuhan taraf dasar ( basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman, dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri dan kedua metakebutuhan ( meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang hirarkis. Kebutuhan yang berada pada hirarki paling bawah akan mudah dicapai oleh semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hirarki paling atas tidak semua dicapai oleh manusia.
Menurut davis dan newstrom, motivasi yang mempengaruhi cara – cara seseorang dalam beertingkah laku terbagi atas empat pola, yaitu: pertama, motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju, dan berkembang, kedua: motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif, ketiga: motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi, keempat: motivasi berkekuasaan, yaitu dorongan untuk memepengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas, baik secara simultan ataupun secara terpisah. Dalam suatu aktivitas terkadang hanya digerakkan oleh satu motivasi, tetapi dalam situasi yang berbeda, bolehjadi digerakkan oleh berbagai macam motivasi.[5]
Berbagai bentuk motivasi yang dikemukakan oleh para psikolog diatas hanya bersifat duniawi dan berjangka pendek. Kehidupan manusia seakan – akan begitu saja tanpa ada perencanaan, dan begitu saja berakhir tanpa adanya perhitungan. Motivasi yang dikemukakan oleh freud, maslow dll, misalnya hanya ingin memenuhi kebutuhan syahwati belaka, tanpa sedikitpun menyentuh aspek- aspek spiritual dan ilahiyah. Segala bentuk perilaku, baik, dan aspek psikologis, maupun sosiologis, merupakan manifestasi dari libido seksual untuk menghindari ketegangan – ketegangan, atau aktualisasi diri dan bersosial.
Dalam psikologi islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia terbagi atas tiga tahap:
1.      Tahapan pra kehidupan dunia, yang disebut dengan alam perjanjian (‘alam al-‘ahd alam al-mitsaq) atau alam alatsu.
Pada alam ini terdapat rencana dan design tuhan yang memotivasi kehidupan manusia didunia. Isi yang dimaksud adalah amanah yang berkenaan dengan tugas dan peran kehidupan manusia di dunia.


2.      Tahapan kehidupan dunia
kehidupan dunia. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi oleh pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada kualitas pemenuhan amanah.
3.      Tahapan alam pasca kehidupan dunia atau yang disebut juga hari penghabisan ( yaum al- akhiroh) atau hari pembalasan ( yaum al-din) atau hari penegakan keadilan ( yaum al- qiyamah).
Pada kehidupan alam ini, manusia diminta oleh allah SWT  untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya, apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan amanah atau tidak? Jika sesuai maka ia mendapatkan surga ( puncak kenikmatan psikofisik manusia), jika tidak maka ia akan mendapatkan neraka ( puncak kesengsaran psikosifik manusia)
Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalahrealisasi atau aktualisasi amanah allah SWT semata. Menurut fazlur rohman, amanah merupakan kodrat manusia yang diberikan sejak awal penciptaan, tanpa amanah manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk – makhluk lain. Firman allah SWT yang artinya  Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”.
 Dalam al-qur’an dan al-sunnah disebutkan beberapa motivasi aktivitas hidup seseorang. Namun motivasi yang dapat dibenarkan adalah:
1)      Tidak adamotivasi atau tendensi apa pun dalam ibadah, hidup dan mati ini kecuali semata – mata karena allah. Firman allah SWT “ katakanlah : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk allah, tuhan semesta alam.” ( al- an’am: 126)
2)      Semata – mata ikhlas karena allah swt. sebab hal itu merupakan bentuk agama yang benar. Firman Allah SWT: “ padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya untuk menyembah allah dengan memurnikan keta’atan kepadanya dalam ( menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itu adalah agama yang lurus ( QS. Al-Bayyinah: 5)
3)      Untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat dan terhindar dari siksaan api neraka, firman Allah SWT: “ dan diantara mereka ada yang berdo’a , ya tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan diakhirat dan peliharah kami dari siksa neraka.” ( QS. Al-Baqarah 201)
4)      Untuk mencapai keberuntungan akhirat, sebab dengan mencari keberuntungan akhirat ini agar mendapat keberuntungan di dunia. Namun jika hanya ingin mencapai kebruntungan dunia maka akhiratnya tidak didapatkan apapun darinya. Firman Allah SWT: barang siapa yang menghendaki keuntungan diakhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan didunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” ( QS. Al-Syura 20)
F.      Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
a.       Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan, maksudnya motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan tugas.
b.      Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, maksudnya motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu, makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
c.       Penseleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan dengan serasi guna mencapai tujuan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan.
Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi, dalam Agama Islam ada sejenis motivasi yang arti dan Fungsinya sama yaitu “Niat”, sebagaimana dalam hadits Rosulullsh saw yang artinya: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa niat itu sama dengan motivasi. Niat dan motivasi disini akan mendorong seseorang untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun). Dan selanjutnya niat atau motivasi disini akan mengarahkan pada tujuan yang ingin dicapai.
Uraian tersebut dapat diketahui bahwa motivasi itu berfungsi untuk menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan belajar siswa. Sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
a.       Hubungan antara motivasi dan emosi
Sistem motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada saat sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif pada saat itu. Misalnya Anda merasa lapar, nah ketika Anda menemukan makanan, muncullah emosi tertentu yang menunjukkan aksesibilitas terhadap makanan itu. Jika makanan itu berbau dan berbelatung, mungkin muncul rasa jijik sehingga Anda tidak mau memakannya. Jika makanan itu dimakan, muncullah emosi lega. Begitu juga saat Anda bertemu dengan teman lain jenis. Jika Anda merasa tertarik maka Anda akan mendekatinya untuk mengajaknya kencan. Jika Anda tidak merasa tertarik maka Anda mungkin tidak akan mengajaknya kencan.
Anda mungkin tidak menyadari dorongan, motif atau motivasi Anda dalam suatu saat. Namun demikian adalah nyata bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi emosi Anda. Mengapa emosi cinta muncul pada lawan jenis yang menarik? Tidak lain karena Anda memiliki dorongan seksual terhadap lawan jenis. Boleh jadi Anda kurang menyadari hal itu. Adapun yang Anda sadari hanyalah Anda rindu ingin bertemu.
Emosi itu sendiri merupakan motivator utama manusia dalam menjalani hidup. Manusia selalu berupaya memaksimalkan emosi-emosi yang menyenangkan dan meminimalkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia dalam rangka itu. Meskipun tentu saja tidak selalu berhasil. Namun pasti, itulah yang dilakukan semua orang. Orang bekerja adalah dalam rangka mendapatkan emosi yang lebih menyenangkan. Orang berharap lebih bahagia jika berhasil melakukannya.

IV.   KESIMPULAN
1)      Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
2)      Teori Motivasi mencakup, teori maslow, teori hedonisme, teori naluri, teori pendorong, dan teori harapan.
3)      Macam-macam motivasi, yaitu : Physiological drive, social motives,
4)      Fungsi motivasi, yaitu : Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan, Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, . Penseleksi perbuatan.
5)      Pandangan islam tentang motivasi, yaitu : Dalam kaitanya dengan itu,potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah dimana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam hal ini biasa juga disebut naluri yaitu : Dorongan naluri mempertahankan diri, Dorongan naluri mengembangkan diri, Dorongan naluri diri mempertahankan jenis.

V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Saya menyadari bahwa didalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan makalah – makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul mujib,  Nuansa-nuansa Psikologi Islam, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
Abdur Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 2009, Jakarta: Prenada Media Group.
Abdur, rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 2004, Jakarta Kencana, Prenada Media
Gufron, Muhammad Nur, Psikologi, Kudus:Nora Media Enterprise, 2011


[1] Muhammad Nur Gufron, Psikologi, Kudus:Nora Media Enterprise, 2011,  hal. 58
[2]  Abdur Rahman Shaleh. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. 2009. Jakarta: Prenada Media Group. Hal. 183
[3] Abdur, Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 2004, Jakarta Kencana, Prenada Media, hal. 133-134
[4] Abdur Rahman Shaleh.Loc Cit. Hlm. 203
[5] Abdul mujib,  Nuansa-nuansa psikologi islam, jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, Hal. 246

Tidak ada komentar:

Posting Komentar