MOTIVASI
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM
Makalah
Disusun Guna
MemenuhiTugas
Mata Kuliah:
Psikologi Islam
DosenPengampu
:Fatma Laili Khoirun Nida, S.Ag, M.Si
Disusun oleh:
1.
Eko Kurnia
Sukmasari 112248
2.
Amiliani 112252
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2013
I.
PENDAHULUAN
Motivasi merupakan
keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan
dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan
kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri
seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara
mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan motivasi
karena, motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil
yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai
tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
Kesuksesan adalah
impian setiap orang. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, pasti diperlukan suatu
motivasi untuk sukses yang kuat. Motivasi sukses yang kuat bisa kita ambil dari
kisah kesuksesan orang lain. Dengan kisah-kisah sukses seseorang, maka kita
bisa mengambil pelajaran dan motivasi penting yang dapat kita aplikasikan dalam
kehidupan kita.
Dengan membaca dan mengambil hikmah dari kisah sukses dan inspiratif orang lain, maka kita tidak akan kesulitan dalam membangun dan menanamkan motivasi untuk sukses yang kuat dalam diri kita
Dengan membaca dan mengambil hikmah dari kisah sukses dan inspiratif orang lain, maka kita tidak akan kesulitan dalam membangun dan menanamkan motivasi untuk sukses yang kuat dalam diri kita
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
motivasi ?
2.
Teori
motivasi ?
3.
Macam
– macam motivasi ?
4.
Pandangan
islam tentang motivasi ?
5.
Bagaimana
bentuk – bentuk motivasi?
6.
Fungsi
motivasi belajar dalam perspektif islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
Kata
motif berasal dari kata latin “ motive”
yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam diri
organism yang menyebabkan organisme tersebut bertindak atau berbuat. Kata
motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau yang
menimbulkan dorongan atau keadaan. Motifasi dapat berarti pula sebagai faktor
yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Hasibuan (1996), motifasi mempersoalkan
bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras
dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan
organisasi.[1]
Kemudian menurut M. Utsman Najati mengemukakan bahwasanya motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.[2]
Robbins
(1996) mendefinisikan motifasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi kearah tujuan – tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Sedangkan menurut Wahjosumidjo(1984) motifasi dapat diartikan
sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi , dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motif
adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri sesorang yang mendorongnya
untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan
demikian motif adalah dorongan berupa kekuatan yang mempunyai dorongan tertentu
dan berlangsung diluar kesadaran.
Dorongan
ini terbagi menjadi dua yaitu dorongan nafsu dan dorongan ruhaniah. Kesemuanya
berpangkal dari tiga macam dorongan asli yaitu:
1.
Dorongan
mempertahankan diri
2.
Dorongan
mempertahankan jenis
3.
Dorongan
mengembangkan diri
Proses
psikologi timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri sesorang itu sendiri yang
disebut instrinsik, dan berasal dari luar diri sendiri yaitu ekstrinsik. Faktor
didalam diri sesorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan,
atauberbagai harapan, cita – cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan
faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor – faktor lain yang
sangat kompleks. Tetapi baik faktor intrinsik atau ekstrinsik motifasi timbul
karena adanya rangsangan. Tingkah laku bawahan, dalam jehidupan organisasi pada
dasarnya berorientasi pada tugas. Artinya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi,
dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan
organisasi.
Berdasarkan
beberapa pengertian dan penjelasan tentang motifasi dapat disimpulkan bahwa
motifasi itu bersifat abstrak yaitu tidak terlihat secara kasat mata, sehingga
hanya dapat diketahui melalui tngkah laku atau perbuatan seseorang. Timbulnya
motifasi karena adanya dorongan untuk mencapai atau mewujudkan sasaran –
sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
B.
Teori Motivasi
Ada
banyak teori motivasi dan hasil riset
yang berusaha menjelaskan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya. Teori
– teori yang menyangkut motifasi antara lain:
1.
Teori
kebutuhan Maslow
Teori
ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
Menurut
Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu: kebutuhan psikologis
yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi –
fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
kebutuhan seks:
a.
Kebutuhan
rasa aman dan perlindungan, seperti perlindungan, dari bahaya dan ancaman,
penyakit, peran, kelaparan dan perlakuan tidak adil.
b.
Kebutuhan
sosial, yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan
sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja
sama.
c.
Kebutuhan
akan penghargaan, termasuk kebutuhan
dihargai karena prestasi,kemampuan, status, dan pangkat.
d.
Kebutuhan
akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi –
potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas, dan
ekspresi diri.
2.
Teori
Hedonisme
Hedonisme
adalah suatu aliran yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia
adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad ketujuh belas,
Hobbes menyatakan bahwa apapun alasannya yang diberikan seseorang untuk
perilakunya, sebab – sebab terpendam dari semua perilaku itu adalah
kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
Oleh
karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung
memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang
mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan penderitaan. Implikasi dari teori ini
adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal – hal yang
menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan
kesenangan. Contohnya siswa dikelas merasa gembira dan bertepuk tangan
mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yang mereka
benci tidak dapat mengajar karena sakit. menurut teori hedonisme, para siswa
harus diberi motifasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan
cara memenuhi kesenangannya.
3.
Teori
Naluri ( psikoanalisis)
Teori
ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia.
Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota
tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua
pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan
tidak ada hubungannya dengan akal.[3]
Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi
dikuasai oleh kekuatan – kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan
yang akan dilakukan. Freud juga percanya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu
yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.
4.
Teori
Pendorong
Daya
pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang
luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan
jenis. Semua orang dalam semua
kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun, cara- cara yang
digunakan berlain – lainan bagi tiap individu, menurut latarbelakang
dankebudayaan masing – masing.
5.
Teori
Harapan
Vroom
(1964) mengembangkan sebuah teori motifasi berdasarkan jenis pilihan yang
dibuat orang untuk mencapai tujuan, alih – alih berdasarkan kebutuhan internal.
Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok tersebut adalah:
a.
Setiap
individu percaya bahwa biar ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan
memperoleh hal tertentu ( harapan hasil).
b.
Setiap
hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut
VALENSI.
c.
Setiap
hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil
tersebut. Disebut harapan usaha.
Motivasi
orang dapat dijelaskan dari ketiga kombinasi ini bahwa:
a.
Suatu
perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu.
b.
Hasil
tertentu mempunyi nilai positif baginya.
c.
Hasil
tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
Jadi
motivasi dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha untuk
menggapai apa suatu hasil atau nilai yang menarik pada dirinya.
C.
Macam – macam Motivasi
Pendapat
mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam – macam. Beberapa yang terkenal dintara
adalah yang dikemukakan berikut:
Menurut
Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua:
1.
Physiological
drive
Yang dimaksud
dengan physiological drive ialah dorongan – dorongan yang bersifat fisik,
seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya.
2.
Social
motives
Yang dimaksud
dengan social motives ialah dorongan – dorongan yang berhubungan dengan orang
lain, seperti estetis, dorongan ingin berbuat baik, dan etis.
Sedangkan
Woodworth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
a) kebutuhan – kebutuhan
organis.
b) motivasi darurat.
c) motivasi objektif.
Selain ituWood
Worth juga mengklasifikasikan motifasi menjadi dua bagian:
a)
Unlearned
motives adalah motivassi pokokyang tidak dipelajari atau motivasi bawaan.
b)
Learned
motives adalah motivasi yang timbul karena dipelajari.
Selain tokoh
diatas beberapa psikologi ada yang membagi motifasi membagi dua:
1)
Motifasi
intrinsik ialah motifasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa
dirangsang dari luar.
2)
Motivasi
ekstrinsikyaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar.
D.
Pandangan Islam
Dalam
Al-qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit maupun implisit
menunjukkan beberapa bentukan dorongan yang mempengaruhi manusia.
Dorongan-dorongan dimaksud dapat berbentuk instingtif dalam bentuk dorongan
naluriah, maupun dorongan terhadap hal-hal yang memberikan kenikmatan. Beberapa
ayat Al-qur’an antara lain :
1)
Dijadikan
indah pada pandangan manusia kecintaan apa-apa yang diingini, para perempuan,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan
yang bagus), binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup didunia, dan disisi Allah lahtempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali
imran:14).
2)
Sekal-kali
jangan demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia. (QS.
Al-Qiyammah:20)
3)
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),(tetapkan atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (QS. Al-Rum: 30).
Ayat
yang pertama dan kedua menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
kecintaan yang kuat terhadap dunia dan syahwat (sesuatu yang bersifat
kenikmatan pada badan) yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak,
dan harta kekeyaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan untuk menafikan
kehidupan dunia karena sebenarnya manusia di berikan keinginan didalam dirinya
untuk mencintai dunia itu. Hanya saja ksenangan hidup itu tidak diperbolehkan
semata-mata hanya untuk kesenangan saja, yang sebenarnya lebih bersifat
biologis daripada bersifat psikis. Padahal motivasi manusia harus terarah pada
sebuah qiblah, yaitu arah masa depan yang disebut al-akhiroh, sebuah kondisi
yang situasi yang sebenarnya lebih bersifat psikis.
Ayat
yang ketiga menekankan sebuah motif bawaan dalam wujud fitrah, sebuah potensi
dasar.Potensi dasar yang memiliki makna sifat bawaan, mengandung arti bahwa
sejak di ciptakan manusia memiliki sifat bawaan yang menjadi pendorong untuk
melakukan berbagai macam bentuk perbuatan, tanpa disertai dengan peran akal,
sehingga terkadang manusia tanpa disadari bersikap dan bertingkah laku untuk
menuju pemenuhan fitrahnya. Seperti pada kasus yang terjadi pada ‘’agama’’ animisme
dan dinamisme, para pengikutnya bersifat dan bertingkah laku aneh dn irasional
(menyediakan sesajen) ketika memenuhi kebutuhan fitrahnya untuk ber-Tuhan
(beragama).
Dalam
kaitanya dengan itu,potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah
dimana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam
hal ini biasa juga disebut naluri yaitu;
a.
Dorongan
naluri mempertahankan diri
Naluri mempertahankan diri ini
terwujud secara biologis dalam wujud dorongan untuk mencari makanan jika lapar,
menghindari diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari
perlindungan untuk hidupnya agar aman dan sebagainya.
Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang
mengisyaratkan tentang naluri manusia untuk mempertahankan diri, diantaranya
pertahanan diri dari rasa lapar, haus, kepanasan, kedinginan, kelelahan dan
kesakitan. Seperti dalam Surat Toha ayat 118-119 yang artinya:
“Sesungguhnya kamu (Adam) tidak akan lapar di dalamnya (surga) dan
tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga tidak
(pula) akan ditimpa matahari di dalamnya”.
Pada ayat tersebut menggambarkan
ketakutan pada Adam sekaligus jaminan Allah mengenai kehidupan surga dan
jaminan perlindungan dari kelaparan dan mara bahaya. Hanya saja perlu sebuah
fose proses untuk menempatkan diri seseorang dalam situasi yang tenang itu.
Untuk itu dorongan mempertahankan diri bukanlah sebuah jaminan yang dilalui
tanpa sebuah usaha.
b.
Dorongan
naluri mengembangkan diri
Naluri mengmbangkan diri sendiri
juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur
ruhyi dan jism. Dimensi yang statis dihiasi dimensi ruhyi melahirkan sinergi
unsur yang berdinamika. Dinamika diri terarah pada usaha pengembangan diri yang
terwujud dalam bentuk pencapain diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada
aktualisasi diri. Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya. Pada manusia inilah yang menjadikan budaya manusia makin maju dan
makin tinggi.
Dalam konsep Islam, pengembangan
diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu
mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga ia menjadi pakar dalam disiplin ilmu
pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia di sisi Allah, seperti yang
diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah maka niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
c.
Dorongan
naluri diri mempertahankan jenis
Manusia ataupun hewan secara sadar
maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya ataupun keturunannya tetap
berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini antara lain terjelma dalam adanya
perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik
anak-anak.
Seperti dalam Firman Allah Surat
an-Nahl ayat 72 yang artinya:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberi rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang
batil dann mengingkari nikmat Allah?
Dengan adanya tiga naluri tersebut,
maka setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang diperbuatnya sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakkan oleh tiga naluri tersebut. Oleh karena itu,
menurut teori naluri ini untuk bermotivasi seseorang harus berdasrkan naluri
mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalnya, seorang pelajar terdorong
untuk berkelahi karena dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri).
Agar pelajar tersebut tidak berkemang menjadi anak nakal yang suka berkelahi,
perlu diberi motivasi, diantaranya dengan menciptakan situasi yang dapat
mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman
sekelasnya (naluri mengembangkan diri).[4]
E.
Bentuk – bentuk Motivasi Hidup
Melalui pendekatan empiris, para
psikolog Kontemporer telah merumuskan motivasi kehidupan manusia. Sigmund freud
dari psikoanalisa menyatakan bahwa sebuah tingkah laku digerakkan dan
dimotivasi oleh sebuah energi yang dibawa sejak lahir.
Abraham maslow dalam motivation and
personality mengemukakan bahwa motivasi hidup manusia tergantung pada
kebutuhannya. Ia selanjutnya menjelaskan lima hirarki kebutuhan yang
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: pertama, kebutuhan – kebutuhan taraf
dasar ( basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman, dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri dan kedua
metakebutuhan ( meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam
aktualisasi diri seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan,
dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang
hirarkis. Kebutuhan yang berada pada hirarki paling bawah akan mudah dicapai
oleh semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hirarki paling atas tidak
semua dicapai oleh manusia.
Menurut davis dan newstrom, motivasi
yang mempengaruhi cara – cara seseorang dalam beertingkah laku terbagi atas
empat pola, yaitu: pertama, motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk
mengatasi tantangan, untuk maju, dan berkembang, kedua: motivasi berafiliasi,
yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif, ketiga:
motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan
kualitas tinggi, keempat: motivasi berkekuasaan, yaitu dorongan untuk
memepengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan
dan mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas, baik secara simultan
ataupun secara terpisah. Dalam suatu aktivitas terkadang hanya digerakkan oleh
satu motivasi, tetapi dalam situasi yang berbeda, bolehjadi digerakkan oleh
berbagai macam motivasi.[5]
Berbagai bentuk motivasi yang
dikemukakan oleh para psikolog diatas hanya bersifat duniawi dan berjangka
pendek. Kehidupan manusia seakan – akan begitu saja tanpa ada perencanaan, dan
begitu saja berakhir tanpa adanya perhitungan. Motivasi yang dikemukakan oleh
freud, maslow dll, misalnya hanya ingin memenuhi kebutuhan syahwati belaka,
tanpa sedikitpun menyentuh aspek- aspek spiritual dan ilahiyah. Segala bentuk
perilaku, baik, dan aspek psikologis, maupun sosiologis, merupakan manifestasi
dari libido seksual untuk menghindari ketegangan – ketegangan, atau aktualisasi
diri dan bersosial.
Dalam psikologi islam, pembahasan
motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis
besar, kehidupan manusia terbagi atas tiga tahap:
1.
Tahapan
pra kehidupan dunia, yang disebut dengan alam perjanjian (‘alam al-‘ahd alam
al-mitsaq) atau alam alatsu.
Pada alam ini terdapat rencana dan design tuhan yang memotivasi
kehidupan manusia didunia. Isi yang dimaksud adalah amanah yang berkenaan dengan
tugas dan peran kehidupan manusia di dunia.
2.
Tahapan
kehidupan dunia
kehidupan dunia. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri
manusia termotivasi oleh pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat
tergantung pada kualitas pemenuhan amanah.
3.
Tahapan
alam pasca kehidupan dunia atau yang disebut juga hari penghabisan ( yaum
al- akhiroh) atau hari pembalasan ( yaum al-din) atau hari penegakan
keadilan ( yaum al- qiyamah).
Pada kehidupan alam ini, manusia
diminta oleh allah SWT untuk mempertanggungjawabkan
semua aktivitasnya, apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan amanah atau
tidak? Jika sesuai maka ia mendapatkan surga ( puncak kenikmatan psikofisik
manusia), jika tidak maka ia akan mendapatkan neraka ( puncak kesengsaran
psikosifik manusia)
Dengan demikian tampak jelas bahwa
motivasi hidup manusia hanyalahrealisasi atau aktualisasi amanah allah SWT
semata. Menurut fazlur rohman, amanah merupakan kodrat manusia yang diberikan
sejak awal penciptaan, tanpa amanah manusia tidak memiliki keunikan dengan
makhluk – makhluk lain. Firman allah SWT yang artinya “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”.
Dalam al-qur’an dan al-sunnah disebutkan
beberapa motivasi aktivitas hidup seseorang. Namun motivasi yang dapat
dibenarkan adalah:
1)
Tidak
adamotivasi atau tendensi apa pun dalam ibadah, hidup dan mati ini kecuali
semata – mata karena allah. Firman allah SWT “ katakanlah : sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk allah, tuhan semesta
alam.” ( al- an’am: 126)
2)
Semata
– mata ikhlas karena allah swt. sebab hal itu merupakan bentuk agama yang
benar. Firman Allah SWT: “ padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya untuk
menyembah allah dengan memurnikan keta’atan kepadanya dalam ( menjalankan)
agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
dan yang demikian itu adalah agama yang lurus ( QS. Al-Bayyinah: 5)
3)
Untuk
mencapai kebaikan dan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat dan terhindar
dari siksaan api neraka, firman Allah SWT: “ dan diantara mereka ada yang
berdo’a , ya tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan diakhirat dan
peliharah kami dari siksa neraka.” ( QS. Al-Baqarah 201)
4)
Untuk
mencapai keberuntungan akhirat, sebab dengan mencari keberuntungan akhirat ini
agar mendapat keberuntungan di dunia. Namun jika hanya ingin mencapai
kebruntungan dunia maka akhiratnya tidak didapatkan apapun darinya. Firman Allah
SWT: barang siapa yang menghendaki keuntungan diakhirat akan kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan didunia
kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bagianpun di akhirat.” ( QS. Al-Syura 20)
F.
Fungsi
Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam
belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan
dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat
diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan
jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh
sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
a.
Pendorong
orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan, maksudnya motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada
seseorang untuk melakukan tugas.
b.
Penentu
arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, maksudnya motivasi
mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
itu, makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus
ditempuh.
c.
Penseleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan
dengan serasi guna mencapai tujuan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin
dicapai.
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai
penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil
perbuatan.
Sejalan dengan arti dan fungsi
motivasi, dalam Agama Islam ada sejenis motivasi yang arti dan Fungsinya sama
yaitu “Niat”, sebagaimana dalam hadits Rosulullsh saw yang artinya: “Sesungguhnya
setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan
sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya”.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa niat itu sama dengan motivasi. Niat dan motivasi disini akan mendorong
seseorang untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh
(tekun). Dan selanjutnya niat atau motivasi disini akan mengarahkan pada tujuan
yang ingin dicapai.
Uraian tersebut dapat diketahui
bahwa motivasi itu berfungsi untuk menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan belajar siswa. Sehingga
siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
a.
Hubungan
antara motivasi dan emosi
Sistem
motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada saat
sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif pada
saat itu. Misalnya Anda merasa lapar, nah ketika Anda menemukan makanan,
muncullah emosi tertentu yang menunjukkan aksesibilitas terhadap makanan itu.
Jika makanan itu berbau dan berbelatung, mungkin muncul rasa jijik sehingga
Anda tidak mau memakannya. Jika makanan itu dimakan, muncullah emosi lega.
Begitu juga saat Anda bertemu dengan teman lain jenis. Jika Anda merasa
tertarik maka Anda akan mendekatinya untuk mengajaknya kencan. Jika Anda tidak
merasa tertarik maka Anda mungkin tidak akan mengajaknya kencan.
Anda mungkin
tidak menyadari dorongan, motif atau motivasi Anda dalam suatu saat. Namun
demikian adalah nyata bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi emosi Anda. Mengapa
emosi cinta muncul pada lawan jenis yang menarik? Tidak lain karena Anda
memiliki dorongan seksual terhadap lawan jenis. Boleh jadi Anda kurang menyadari
hal itu. Adapun yang Anda sadari hanyalah Anda rindu ingin bertemu.
Emosi itu
sendiri merupakan motivator utama manusia dalam menjalani hidup. Manusia selalu
berupaya memaksimalkan emosi-emosi yang menyenangkan dan meminimalkan
emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
manusia dalam rangka itu. Meskipun tentu saja tidak selalu berhasil. Namun
pasti, itulah yang dilakukan semua orang. Orang bekerja adalah dalam rangka
mendapatkan emosi yang lebih menyenangkan. Orang berharap lebih bahagia jika
berhasil melakukannya.
1)
Motivasi
adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
2)
Teori
Motivasi mencakup, teori maslow, teori hedonisme, teori naluri, teori
pendorong, dan teori harapan.
3)
Macam-macam
motivasi, yaitu : Physiological drive, social motives,
4)
Fungsi
motivasi, yaitu : Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan, Penentu
arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, . Penseleksi
perbuatan.
5)
Pandangan
islam tentang motivasi, yaitu : Dalam kaitanya dengan itu,potensi dasar dapat
mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah dimana pada dasarnya manusia
memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam hal ini biasa juga disebut
naluri yaitu : Dorongan naluri mempertahankan diri, Dorongan naluri
mengembangkan diri, Dorongan naluri diri mempertahankan jenis.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat
saya sampaikan, semoga dapat bermanfaaat dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua. Saya menyadari bahwa didalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah – makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul mujib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam,
jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
Abdur Rahman Shaleh, Psikologi
Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 2009, Jakarta: Prenada Media Group.
Abdur, rahman shaleh dan Muhbib
Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 2004,
Jakarta Kencana, Prenada Media
Gufron, Muhammad Nur, Psikologi,
Kudus:Nora Media Enterprise, 2011
[1]
Muhammad Nur Gufron, Psikologi, Kudus:Nora Media Enterprise, 2011, hal. 58
[2] Abdur Rahman Shaleh. Psikologi Suatu
Pengantar dalam Perspektif Islam. 2009. Jakarta: Prenada Media Group. Hal.
183
[3] Abdur, Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, 2004, Jakarta Kencana, Prenada Media, hal. 133-134
[4]
Abdur Rahman Shaleh.Loc Cit. Hlm. 203
[5] Abdul
mujib, Nuansa-nuansa psikologi islam,
jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, Hal. 246
Tidak ada komentar:
Posting Komentar