KRITIK PSIKOLOGI ISLAM TERHADAP
PSIKOLOGI BARAT( PSIKOANALISIS )
Makalah
DisusunGunaMemenuhiTugas Tengah Semester Gasal
Mata Kuliah: Psikologi Islam
DosenPengampu :Fatma Laili Khoirun Nida, S.Ag, M.Si
Disusunoleh:
EkoKurniaSukmasari
112248
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Ketika
psikologi lahir sebagai disiplin ilmu tersendiri di jerman pada pertengahan
abad XIX, tugas yang didefisinikannya adalah menganalisis kesedaran manusia
dewasa yang normal.[1] Psikologi sebagai suatu ilmu merupakan ilmu yang relatif muda apabila
dibandingkan dengan ilmu – ilmu yang lain. Namun demikian psikologi telah lama
dibicarakan oleh para ahli. Psikologi mengonsepsikan kesadaran sebagai suatu
yang terdiri dari unsur – unsur struktural yang berkaitan erat dengan proses –
proses pada organ – organ indra. Tugas psikologi
adalah menemukan unsur- unsur dasar dari kesadaran dan menentukan bagaimana
unsur – unsur tersebut membentuk himpunan kesatuan. Kala itu psikologi masih
disebut sebagai ilmu kimia mental.
Keberatan
–keberatan terhadap spikologi seperti ini datang dari banyak arah dan dengan
berbgai alasan. Ada orang – orang yang menentang tekanan esklusif pada struktur
dan menyatakan dengan sangat gigih bahwa ciri- ciri menonjol dari pikiran sadar
adalah proses – prosesnya yang aktif dan bukan isi- isinya yang pasif. Dan
kelompok yang mengatakan seperti ini ingin menjadikan pokok bahasan ilmu psikologi.
Orang – orang yang menentang dengan menyatakan bahwa pengalaman pengalaman
sadar tidak dapat dipisah – pisahkan tanpa menghancurkan hakikat pengalaman itu
sendiriyakni sifat keseluruhannya. Mereka mengatakan bahwa kesadaran langsung
terdiri dari pola – pola atau konfigurasi – konfigurasi, bukan unsur –unsur
yang digabungkan menjadi satu. Serangan freud terhadap psikologi tradisional
tentang kesadaran datang dari arah yang agak berbeda.ia membandingkan jiwa
dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul dipermukaan air itu
mengambarkan kesadaran, sedangkan masa yang jauh lebih besar dibawah permukaan
air menggambarkan daerah ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran ini
ditemukan dorongan – dorongan, nafsu – nafsu, ide – ide dan perasaan – perasaan
yang ditekan suatu dunia bawah yang besar berisi kekuatan – kekuatan vital dan
tak kasat mata yang melaksanakan kontrol pentingatan atas pikiran – pikiran dan
perbuatan – perbuatan sadar individu.[2] Tetapi
dalam perkembangan berikutnya , gugatan – gugatan tidak hanya dialamatkan pada
epistemologi dalam psikologi. Gugatan – gugatan juga dialamatkan pada asumsi –
asumsi dasar, teori – teori dan penerapan – penerapan barat. Psikoanalisis
sebagai sebuah aliran besar dalam psikologi mempunyai jasa besar untuk
mengungkap aspek ketidaksadaran ( unconcious) manusia disamping aspek kesadaran
yang telah menjadi bahan perhatian psikoanalisis sebelum sigmund freud.[3] Temuan
freud tentang ketidak sadaran ini sebagai temuan besar dalam psikologi modern.
Sedangkan psikologi islamtampak lebih luas jangkauannya, karena dapat menampung
berbagai pemikiran baik dari agama islam sendiri, maupun dari luar. Sumber –
sumber pemikiran dari luar islam perlu dipertimbangkan mengingat bahwa pada
hakekatnya esensi nilai – nilai islami itu sendiri. Psikologi islam ini dapat
menghindarkan esklusivitas psikologi alternatif yang sedang dibangun. Dan ini
juga tidak akan membatasi sumber pemikiran pada ayat – ayat Al-Qur’an, tetapi
juga mencakup hadist- hadist rosululloh, maupun hasil pemikiran para ulama dan
ilmuwan muslimbaik yang klasik maupun kontemporer.
II. RUMUSAN MASALAH
1.
Sejarah psikoanalisis?
2.
Pengertian Psikoanalisis dan hasil pemikirannya?
3.
Bagaimana kritik psikologi islam terhadap psikologi barat
( psikoanalisis)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Psikoanalis
Sigmund freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan wafat di london, 23
september 1939. Sebagai seorang pemuda ia memutuskan ingin menjadi seorang
ilmuwan dan dengan tujuan ini dibenaknya, ia memasuki sekolah kedokteran di
universitas Wina tahun 1973 dan ia tamat 8 tahun kemudian. Minat freud pada
neorologi menyebabkan ia menspesialisasikan diri dibidang perawatan gangguan –
gangguan saraf sebuah cabang ilmu kedokteran yang ketinggalan ditengah gerak maju di kalangan seni penyembuhan
selama abad XIX. Untuk meningkatkan ketrampilan – ketrampilan teknisnya, freud
belajar selama satu tahun pada psikiater perancis yang terkenal, Jean Charcot
yang menggunakan hipnotis untuk penyembuhan histeria. Meskipun freud mencoba
hipnotis dengan pasien – pasiennya, namun ia tidak yakin dengan
keberhasilannya. Karena itu ketika ia ia mendengar metode baru yang
dikembangkan oleh seorang dokter Wina, Joseph Breuer, suatu metode dimana
pasien disembuhkan dengan cara simton – simton dengan cara mengungkapkannya, ia
mencobanya dan melihat cara itu efektif. Breuer dan Freud bekerjasama menulis
beberapa kasus – kasus histeria mereka yang berhasil disembuhkan dengan teknik
pengungkapan.[4]
Dalam tahun 1895 freud dan breuer mempublikasikan “ studies on hysteria” yang
dipandang sebagai permulaan dari psikoanalisis.[5] Dalam
perjalanan kerjanya freud mendapatkan bahwa impian dari pasiennya dapat memberikan
sumber mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian mempublikasikan bukunya “ the
interpretation of dreams” yang dianggap sebagai kerja besar freud. Tahun –
tahun awal sebagai mahasiswa dan meneliti kedokteran,pengaruh yang menentukan
dari fisiolog besar berkebangsaan jerman, Ernest Bruke yang merupakan salah
seorang memimpin di sekolah kedokteran dan dari sini freud belajar memandang
individu sebagai sistem dinamikyang tunduk pada hukum – hukum alam.
B. Pengertian dan
hasil pemikiran Psikoanalisis
Sigmund freund Merupakan tokoh
psikoanalisis atau biasa disebut juga aliran psikologi dalam ( depth psychology)
mengemukakan 2 bagian yaitu kesadaran ( the conscious) dan ketidaksadaran ( the unconscious), yang secara skematis mengambarkan jiwa sebagai
sebuah gunung es. Dimana bagian yang muncul dipermukaan air adalah bagian
terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu yang dalam hal kejiwaanadalah bagian
kesadaran (consciousness). Agak dibawah permukaan air adalah bagian yang
disebut nya prakesadaran atau “ subconsciousness” atau preconsciousness”. Yang
mengandung insting – insting yang mendorong semua perilaku manusia. Tidak
seperti dalam ketidaksadaran maka dalam preconscious materinya belum direpres,
sehingga meterinya dapat mudah ditmbulkan dalam kesadaran.[6] Sebagian besar dari dorongan – dorongan yang
berasal dari ketidak sadaran itu memang harus tetap tinggal dalam
ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus
dan kalau “ego” tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah kelainan –
kelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose. Dorongan – dorongan yang
terdapat dalam ketidaksadaran sebagian adalah dorongan – dorongan yang sudah
ada sejak manusia lahir, yaitu dorongan seksuil dan agresi, sebagian lagi
berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran
dan pengalaman itu yang bersifat traumatis ( mengogoncangkan jiwa), sehingga
perlu ditekan dan dimasukkan dalam ketidaksadaran.[7]Teori psikoanalisa Freud dapat berfungsi
sebagai 3 mmacam teori, yaitu:[8]
1. sebagai teori kepribadian
2. sebagai teknik analisa kepribadian
3. sebagai metode terapi ( penyembuhan)
Freud kemudian membagi kepribadian menjadi 3 sistem pokok, yaitu: id, ego
dan superego. Meskipun masing – masing bagian dari kepribadian total ini
mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme,dan mekanismenya
sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (
tidak mungkin) untuk dipisahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya
terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku
hampir semua merupakan produk dari interaksi ketiga sistem tersebut, jarang
salah satu berjalan terlepas dari kedua sistem lainnnya. Id merupakan sistem
kepriadian yang asli, id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id
berisikan segala sesuatu yang secara
psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting – insting. Id
merupakan reservior energi spikis dan menyediakan seluruh daya untuk
menjalankan kedua sistem yang lain. Id berhubungan erat dengan proses - proses
jasmaniah dari mana id mendapatkan energinya. Freud juga menyebut id sebagai kenyataan
psikis yang sebenarnya, karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman
subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Ia tidak bisa menanggulangi
peningkatan energi yang dialaminya seagai keadaan- keadaan tegangan yang tidak
menyenangkan. Karena itu, apabila tegangan organisme meningkat, entah sebagai
akibat stimulasi dari luar atau rangsangan- rangsangan yang timbul dari dalam,
maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan
mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta
menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan cara kerja id disebut prinsip
kenikmatan ( pleasure principle).
Untuk melaksanakan tugasnya id memiliki dua proses yaitu tindakan refleks
dan proses primer. Tindakan – tindakan refleks adalah reaksi –
reaksi otomatik dan bawaan seperti kedip dan bersin, tindakan – tindakan
refleks itu biasanya segera mereduksikan tegangan. Sedangkan proses primer
menyangkut suatureaksi psikoanalogis yang sedikit lebih rumit. Ego ( sadar akan
realitas), ego timbul karena kebutuhan –kebutuhan organisme memerlukan
transaksi – transaksi yamg sesuai dengan dunia kenyataan yang objektif.disebut
juga bahwa ego adalah sistim dimana kedua dorongan dari id dan seperego beradu
kekuatan. Fungsi ego adalah menjaga keseimbangan antara dua sistim yang
lainnya, sehingga tidak terlalu banyak dorongan dari id yang dimunculkan ke
kesadaran, sebaliknya tidak semua dorongan superego saja yang terpenuhi.[9] Ego
sendiri tidak mempunyai dorongan dorongan atau energi. Ia hanya menjalankan
prinsip kenyataan ( relity principle), yaitu menyesuaikan dorongan – dorongan
id atau super ego dengan kenyataan didunia luar. Ego adalah salah satu sistem
yang langsung berhubungan dengan dunia luar, karena itu ia dapat mempertimbangkan faktor kenyataan ini. Ego yang lemah tidak dapat menjaga
keseimbangan antara superego dan id, tetapi jika ego terlalu dikuasai oleh
dorongan – dorongan id saja, maka orang itu akan menjadi psikoneurose ( tidak
dapat menyalurkan sebagian besar dorongan – dorongan primitifnya).[10]
Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan , dan beroperasi menurut proses
sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai
ditemukan suatu objekyang cocok untuk pemenuhan kebutuhan. Proses sekunder
adalah berfikir realistik. Dengan prose sekunder, ego menyusun rencana untuk
memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu
tindakan, untuk melihat pakah rencana itu berhasil atau tidak. Ego juga disebut
eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu – pintu ke arah tindakan,
memilih segi – segi lingkungan ke mana ia akan memberikan respon, dan
memutuskan insting – instingmanakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.
Dalam melaksanakan fungsi – fungsi eksekutif yang sangat penting ini, ego harus
berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering
bertentangan. Hal ini bukanlah suatu tugas yang mudah dan sering menimbulkan
tegangan berat pada ego. Namun harus diingat, ego merupakan bagian id yang
terorganisasi yang hadir untuk memajukan tujuan – tujuan id. Ego tidak terpisah
id dan tidak pernah terbebas dari id. Peran utamanya adalah menengahi kebutuhan
– kebutuhan instingtif dari organisme dan kebutuhan – kebutuhan lingkungan
sekitarnya, tujuan – tujuannya yang sangat penting adalah mempertahankan
kehidupan individu. Super ego adalah perwujudan internal dari nilai – nilai dan
cita – cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua terhadap
anak, dan dilaksanakan dengan cara memberikan hadiah – hadiah atau hukuman –
hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang
ideal dan bukan yang real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
Sedangkan didalam buku psikologi mengatakan bahwa super ego adalah suatu sistim
yang merupakan kebalikan dari id. Sistem ini sepenuhnya dibentuk olah
kebudayaan.[11]
Perhatian utama super ego adalah memutuskan sesuatu apakah sesuatu itu benar
atau salah dengan demikian ia bertindak sesuai dengan norma – norma moral yang
diakui pleh wakil – wakil masyarakat.
Fungi – fungsi pokok super ego[12]:
1) merintangi impuls – impuls id, terutama impuls
– impuls seksual dan agresif.
2) Mendorong ego untuk memberikan tujuan – tujuan
realistis dengan ujuan – tujuan moralistis.
3) Mengajar kesempurnaan.
Jadi superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat
dunia menurut gambarannya sendiri. Akan tetapi superego sama seperti id
bersifat tidak rasional dan sama seperti
ego, superego melaksanakan kontrol atas insting – insting. Tidak seperti
ego, super ego tidak hanya menunda pemuasaan insting akan tetapi superego tetap
berusaha untuk merintanginya.Selanjutnya freud juga mengatakan bahwa untuk
menyalurkan dorongan – dorongan primitif
yang tidak bisa dibenarkan oleh superego. Ego mempunyai cara – cara
tertentu yang disebut mekanisme pertahanan, yang berguna untuk melindungi ego
dari ancaman dorongan primitif yang tidak diizinkan muncul oleh superego.
Sembilan mekanisme yang dikemukakan oleh freud adalahRepresi, Pembentukan
reaksi, Proyeksi, Penenmpatan yang keliru, Rasionalisasi, Supresi, Sublimasi, Kompensasi,
Regresi.
Dalam teori psikoanalisa sebagai teori kepribadian freud selanjutnya
mengatakan bahwa pada setiap orang terdapat seksualitas kanak – kanak yaitu
dorongan seksuil yang sudah terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang
terus menjadi dorongan seksuil pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat
perkembangan yaitu: phase oral, phase anal, phase phalic, phase latent, phase
genital. Psikoanalisa ini sebagai teori kepribadian dapat pula berfungsi
sebagai teknik analisa kepribadian.Perwujudan psikologisnya disebut hasrat sedangkan
rangsangan jasmaniah dari hasrat disebut kebutuhan.
C. Kritik
psikologi islam terhadap psikologi barat ( psikoanalisis)
Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang dikembangkan oleh freud,
berpandangan bahwa manusia adalah makhluk hidup atas berkerjanya dorongan dorongan
id dan memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Dimana
teori ini mengungkapkan bahwa satu – satunya hal yang mendorong kehidupan
manusia adalah id( libido seksualita) adalah teori yang mendapat tantangan
keras.[13] Padahal
harus diakui bahwa manusia adalah makhluk tuhan yang sangat kompleks, memiliki
begitu banyak dimensi kebutuhanuntuk mengisi kehidupannya. Dengan teori freud itu juga manusia
diibaratkan tidak lagi berbeda dengan makhluk hewan yang bergerak hanya atas
dasar instingnya saja, sebagai makhluk yang berakal dan memiliki keyakinan
agama tentunya pandangan ini perlu dikritik karena manusia tidak mau dan tidak
disamakan begitu saja dengan hewan. Sedangkan menurut psikologi islam ada
potensi lain yang harus dilihat melalui dimensi berbeda antara manusia dan
hewan yang berinsting. Akumulasi dari insting manusia yang mengarah pada suatu
dorongan untuk bertindak harus diyakini merupakan hasil dari suatu wujud yang
sudah diintegrasikan melalui olah akal, sentuhan rohani dan landasan agama dan
moral . sedangkan insting hewani adalah potensi yang tidak mendapat imbuhan
tersebut sehingga tetap dalam bentuknya yang paling dangkal, tidak terolah,
namun vegetatif perlu dipertahankan demi kelangsungakn makhluk itu.[14]
Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, seperti firman
allah:
“ apakah kamu mengira, kemi ciptakan kamu untuk permainan, dan tiada
dikembalikan kepada kami ( guna perhitungan). (QS. Al- Mu’minun: 115).
Sedangkan pada surat Al-Baqarah ayat 30 dipertegas bahwa manusia adalah
khalifah yang dimaksudkan sebagai pengelola dimuka bumi. Manusia sebagai bani
adamtelah diberikan kelebihan – kelebihan seperti yang difirmankan allah swt
pada surat Al- Isra, ayat 70, yang artinya; “ dan sesungguhnya kami telah
memuliakan anak – anak adam ( manusia). Serta ayat 61 yang artinya “ kami
angkat manusia didaratan dan dilautan, kami berikan mereka rizki dari yang baik
– baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah kami ciptakan”.[15]
Dimana teori freud ini hanya menjelaskan adanya kebutuhan yang paling
mendasar dari manusia yaitu kebutuhan fisiologis dan tak mampu memberikan
penjelasan untuk empat kebutuhan seseorang akan aktualisasi diri atau juga kebutuhan untuk beragama.
Teori ini tak mampu menjelaskan tentang dorongan yang dimiliki muslim untuk
mendapat ridho allah swt.Dalam menyumbangkan potensinya manusia tidak terlepas
dari peraturandanpetunjuk hidup yang diturunkan oleh allah swt dalam surat
Al-Imran ayat 164 dan surat An-Nisa’ ayat 165. Bila ia berhasil mengikuti
aturan tersebut serta mengembangkan tanggung jawab, berarti ia dapat
menempatkan dirinya sebagai makhluk yang terpilih, sebaliknya bila ia gagal,
maka ia menjelma menjadi lebih rendah daripada hewan, ( QS. Al- Furqon 43-44
dan QS. Al-A’raf 179).
Tidak semua konsep freud harus dicurigai sebagai hal yang kurang mengena
bagi sudut pendekatan psikologi islami. Bila dikaji lebih jernih kita bisa
sepakat bahwa manusia memiliki potensi dan kekuatan dalam dirinya, entah itu
berupa kebutuhan, dorongan, atau implus yang mengarahkan individu pada suatu
bentuk tindakan yang bisa terorganisir atau juga tidak teroganisir. Jadi
pendapat ini bahwa manusia digerakkan oleh insting untuk hidup dan mati,
merupakan suatu kekuatan atau potensi dasar yang membuat manusia mau bergerak
dalam kehidupan dan mencari sasaran dan tujuan hidupnya. Pemahaman ini dapat di
artikan sebagai nafs dengan penjabaran bentuk dan subtansinya ( QS. Yunus 53).
Namun nafs ini dapat diarahkan kepada kemanusiaan setelah mendapat pengaruh
besar dari dimensi yang lain seperti al-‘aql, al- qlb, ar-ruh, dan al-fitrah.
Ini dapat dipahami berdasarkan telaah terhadap konsapp nafs dalam Al- Qur’an
sebagaimana telah dijelaskan bahwa nafs adalah daya – daya psikis yang memiliki
dua kekuatan ganda yaitu daya al-ghadabiyyah dan daya al syahwaniyah.[16] Jika
manusia dikendalikan oleh nafsunya, maka pada prinsipnya kepribadiannya tidak
lain adalah kepribadian binatang, bahkan lebih jauh lagi. Dalam Al-Qur’an telah
dipertegas mengenai nafs didalam ayat yang artinya:
“ dan sesunnguhnya kami masukkan kebanyakan manusia dan jin kedalam neraka
jahanam, karena mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan dan mereka
mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan, dan mereka mempunyai telinga tetapi
tidak mempergunakannya, mereka itu sama seperti binatang, bahkan mereka lebih
dari itu lagi. Maka mereka itu adalah orang – orang yang lalai. (QS. Al-A’raf,
179).
Menurut freud setiap individu mengalami perkembangan tahap – tahap oral,
anal, falik, latensi serta tahap genital. Tahap perkembangan ini tentu saja
tidak lengkap, karena hanya membahas tumbuh kembang id ( syahwat) saja. Dalam
salah satu ayat ( QS. 87:3) Allah mengemukakan bahwa manusia diberi
hidayah yang berupa dorongan,
kecenderungan, kemampuan dan petunjuk, dalam menjalani kehidupan . salah satu
jenis hidayah adalah insting atau gharizah. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa
manusia lahir membawa fitroh dan juga bekal syahwat. Dalam hal ini allah
melengkapi manusia dengan kemampuan membedakan kedua jalan yang berbeda yang
dijelaskan dengan sangat jelas.[17]
Sigmund freud juga memiliki konsep ego yang cenderung mengikuti prinsip –prinsip yang realitis,
obyektif, rasional dan proporsional. Tetapi batasan dan wawasan ego ini sama
sekali tidak bisa disamakan dengan kecenderungan yang cocok dengan fitrah dan
takwa. Konsep egonya freud tidak mengenal kebenaran allah, tujuan hidup akhirat
atau tujuan mencari ridha allah. Konsep ikhlas yang dimengerti freud dan
penganutnya adalah ikhlas dalam batasan komprofesional materialistik atau kepuasaan – kepuasaan lain yang
disetujui kecenderungan – kecenderungan psikis yang dihayatinya di luar konteks
ridha allah.yang ghoibseperti yang diajarkan agama ( akhirat, allah, ridha
allah) bagi freud tidak ada dan tidak ada gunanya untuk dipertimbangkan, karena
menurut mereka bukan tuhan yang menciptakan manusia tetapi fantasi manusialah
yang menciptakan tuhan secara imajiner.
Freud terus membuktikan bahwa agama dalah sebuah ilusi. Seelanjutnya
freud menyatakan bahwa agama adalah bahaya yang mengancam umat manusia, karena
agama cenderung mensucikan institusi – institusi buatan manusia, lebih lanjut
freud mengatakan bahwa agama telah membuat manusia tidak dapat berfikir, oleh
sebab itu agama harus bertanggung jawa terhadap kemunduran kemampuan
intelektual manusia. Berdasarkan pernyataan ini terlihat dengan jelas bahwa
sumber kebenaran perilaku beragama yang diyakini oleh freud adalah pengalaman.
Sedangkan dalam pemahaman perilaku beragama sekurang – kurangnya ada dua cara
pandang yang dapat dilakukan yaitu agama sebagai ajaran dan agama sebagaimana
yang dipahami dan diamalkan.
Agama sebagai ajaran bersifat absolut dan abadi dalam setiap waktu dan
tempat. Dalam hal ini sumber agama adalah wahyu yang berasal dari allah. cara
memeperolehnya adalah melalui keimanan yang tidak terjangkau sama sekali dalam
epistemologi yang dikembangkan oleh sigmund freud. Agama sebagaimana yang
dipahami dan diamalkan orang memang sifatnya empiris dan historis. Pengalaman –
pengalaman agama dapat dilihat dengan mempergunakan metodologifenemenologi ,
dan dalam hal ini syah – syah saja metode psikoloanalisa dipergunakan untuk
melihat perilaku agama. Namun demikian, harus diingat bahwa pengalaman dan
pemahaman keagamaan seseorang bukanlah menunjukkan kebenaran agama yang
dianutnya. Karena pengalaman dan pemahaman keagamaan tentang apa – apa saja
termasuk agama dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebenaran pengalaman dan
pemahaman keagamaan sangat terikat dengan ruang dan waktu dimana orang atau
kelompok orang itu hidup. Oleh karena itu, perilaku beragama seseorang bisa
membawanya kepada perilaku yang sesuai dengan ajaran agamadan sebaliknya juga
dapat berbeda dengan ajaran itu sendiri. Jadi perilaku agama seseorang tidak
dapat dijadikan sebagai alasan untuk menyimpulkan bahwa ajaran agama sama
seperti perilaku beragama itu. Carl Gustav Jung seorang ahli psikoanalisa yang
merupakan murid dari freud mengatakan bahwa agama merupakan salah satu bentuk
yang membersit dari bawah sadar manusia, namun pernyataan bahwa semua kandungan
bawah sadar hanya terbatas pada kecenderungan – kecenderungan seksual yang lari
dari kesadaran manusia menuju bawah sadarnya, hal ini tidak dapat dibenarkan.[18] Manusia
memiliki jiwa batin dan eksistensi bawah sadar yang fitri dan alami yang
kandungannya tidak hanya berasal dari pengalaman yang bersifat eksternal saja
seperti yang dipahami Sigmund Freudkemudian tidak ditemukan hal – hal yang
fitri dalam teori freud, dan ada satu indikasi yang tidak disadari oleh jung
yaitu adanya sumber keimanan di dalam jiwa manusia. Dan psikologi islam memahami konsep tentang fitrah
manusia berpendapat bahwa ketika terjadi konsepsi manusia, maka dalam dirinya
dilekatkan adanya kecenderungan untuk kembali kepada tuhan, kembali kepada
kebenaran sejati. Pandangan ini dengan jelas menyuratkan bahwa ketika seseorang
dilahirkan, ia tidak hanya dipenuhi dengan id ( insting), toeri ini juga
dipenuhi dengan nurani yang berfungsi untuk memanggil manusia untuk kembali
kepada kebenaran.
Psikologi islam berusaha untuk mengembalikan keutuhan totalitas manusia
serta meluruskan arah dan tujuan ilmu
untuk menyejahterakan manusia lahir maupun batin, individual maupun
sosial serta didunia maupun akhirat. Psikoanalisis masih sangat sempit, hanya
mengungkap model manusia fajir dan itupun masih menjangkau bagian kecildari
keseluruhan penyimpangan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Sejarah psikoanalisis
Karena itu ketika ia ia mendengar metode baru yang dikembangkan oleh
seorang dokter Wina, Joseph Breuer, suatu metode dimana pasien disembuhkan
dengan cara simton – simton dengan cara mengungkapkannya, ia mencobanya dan
melihat cara itu efektif. Breuer dan Freud bekerjasama menulis beberapa kasus –
kasus histeria mereka yang berhasil disembuhkan dengan teknik pengungkapan.
Dalam tahun 1895 freud dan breuer mempublikasikan “ studies on hysteria” yang
dipandang sebagai permulaan dari psikoanalisis.
2.
Pengertian dan pemikiran psikoanalisis
Sigmund freund Merupakan tokoh
psikoanalisis atau biasa disebut juga aliran psikologi dalam ( depth
psychology) mengemukakan 2 bagian yaitu kesadaran ( the conscious) dan ketidaksadaran ( the unconscious), yang secara skematis mengambarkan jiwa sebagai
sebuah gunung es. Dimana bagian yang muncul dipermukaan air adalah bagian
terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu yang dalam hal kejiwaanadalah bagian
kesadaran ( consciousness). Agak dibawah permukaan air adalah bagian yang
disebut nya prakesadaran atau “ subconsciousness” atau preconsciousness”. Freud
kemudian membagi kepribadian menjadi 3 sistem pokok, yaitu: id, ego dan
superego.
3.
Kritik psikologi islam terhadap psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang dikembangkan oleh freud, berpandangan
bahwa manusia adalah makhluk hidup atas berkerjanya dorongan dorongan
id dan memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Dimana
teori ini mengungkapkan bahwa satu – satunya hal yang mendorong kehidupan
manusia adalah id( libido seksualita). Padahal harus diakui di dalam psikologi
islam bahwa manusia adalah makhluk tuhan
yang sangat kompleks, memiliki begitu banyak dimensi kebutuhan untuk mengisi
kehidupannya. Sedangkan pada surat Al-Baqarah ayat 30 dipertegas bahwa manusia
adalah khalifah yang dimaksudkan sebagai pengelola dimuka bumi. Manusia sebagai
bani adam telah diberikan kelebihan – kelebihan seperti yang difirmankan allah
swt pada surat Al- Isra, ayat 70, yang artinya; “ dan sesungguhnya kami telah
memuliakan anak – anak adam ( manusia). Serta ayat 61 yang artinya “ kami
angkat manusia didaratan dan dilautan, kami berikan mereka rizki dari yang baik
– baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah kami ciptakan”.
B.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, semoga
dapat bermanfaaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Saya menyadari
bahwa didalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini
dan makalah – makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, djamaluddin dan Fuad Nasroni,Psikologi islami, Yogyakarta,
cet.5, Pustaka Pelajar, 2005
Ancok. Djamaludin, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Sipress,
1994
Ancok. Djamaludin, Membangun Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta,
Sippres, cet. 2, 1996
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2005
Hall. S Calvin dan Gardner Lindzey, Teori – teori Psikodinamik (klinis),
Yogjakarta:Kanisius ( anggota IKAPI),1993
Nawawi, Rifaat Syauqi,dkk, Metodologi Psikologi Islam, Yogyakarta,
Pustaka pelajar, 2000
Sarwono, Sarlito Wirawan, Perkenalan dengan Aliran – Aliran dan tokoh –
tokoh Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi. 1980
[1]Hall. S Calvin dan Gardner Lindzey, Teori – teori Psikodinamik (klinis),
Yogjakarta:Kanisius ( anggota IKAPI),1993,hal.17
[3]Ancok. Djamaludin, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta:
Sipress, 1994,hal. 46
[4]Hall. S. Calvin, loc cit, hal. 61
[5]Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi. 1980, hal.61
[7]Sarwono, Sarlito Wirawan, Perkenalan dengan Aliran – Aliran dan tokoh –
tokoh Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Hal. 177
[10]Muzdalifah, psikologi, hal. 43
[12]Hall. S. Calvin, loc cit, hal. 67
[13]Ancok, djamaluddin dan Fuad Nasroni,Psikologi islami, Yogyakarta,
cet.5, 2005, Pustaka Pelajar, hal. 67
[14]Nawawi, Rifaat Syauqi,dkk, Metodologi Psikologi Islam, Yogyakarta,
Pustaka pelajar, 2000, Hal. 50
[15]Ibid
[16]Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2005, hal. 66
[17]Ancok. Djamaludin, Membangun Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta,
Sippres, cet. 2, 1996, hal. 59
[18]Baharuddin, op cit, hal.123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar